Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
By Windi Putri Lestari (211214012)
Bahasa Indonesia dilahirkan ketika peristiwa sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.Kemudian 18 Agustus 1945, Bahasa Indonesia ditetapkan menjadi Bahasa Nasional.Namun, Bahasa Indonesia awalnya berasal dari Bahasa Melayu sebagai bahasa perhubungan atau lingua franca pada daerah Nusantara semenjak abad ke-7.Bahasa Melayu dipakai pada berbagai daerah Nusantara berkembang variasi & dialek menggunakan corak budaya daerah Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu, Bahasa Indonesia pula memakai Ejaan Melayu dari awal hingga kini berkembang sebagai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Ejaan merupakan istilah turunan menurut eja yg dibubuhi imbuhan-an. Maksudnya, ejaan merupakan bagaimana kita mengucapkan (secara lisan) sebuah istilah. Ejaan sendiri diatur pada kaidah berbahasa baku, termasuk pada pada bahasa Indonesia. Jadi, ejaan tidak hanya diatur menurut segi cara pengucapan akan tetapi pula cara menulis dan penggunaan tanda baca.Sebelum memiliki tata bahasa yang baku dan resmi masih memakai aksara latin, bahasa melayu (menjadi cikal-bakal Bahasa Indonesia) ditulis memakai aksara jawi (arab gundul) selama beratus-ratus tahun lamanya. Lalu, semenjak bangsa Eropa tiba ke Nusantara, barulah kita mengenal aksara latin. Ejaan latin yang digunakan untuk bahasa melayu pun telah berkali-kali sesuai dengan kebijakan para penulis buku dalam waktu itu. Ternyata Nusantara yang diduduki Belanda menggunakan semenanjung melaya yang notabennya kolonisasi Inggris. Hal ini pasti membingungkan, karena bahasa yang sama namun kaidah ejaannya berbeda. Kemudian, ditambah menggunakan aksara Jawi yang asing pada mata bangsa Eropa. Untuk mengatasi hal tadi tahun 1897, seseorang linguis Londo (sebutan orang Belanda) kelahiran Batavia, yang bernama A.A Fokter mengusulkan supaya terdapat penyeragaman ejaan pada 2 daerah ini. Hingga akhirnya, Van Ophuijsen (sistem orthografi) pembakuan segalanya mengenai bahasa melayu.Perjalanan ejaan pada bahasa Indonesia semenjak bahasa Melayu dibakukan. Pertama, ejaan yang berlaku pada Indonesia merupakan Ophuijsen (Ophuysen) sampai akhirnya Indonesia tidak lagi dibayang-bayangi Belanda pada tahun 1947. Terdapat 3 ejaan yang kurang efektif sebagai tahapan sampai ejaan yg disempurnakan (EYD) yaitu, ejaan Pembaharuan (1957), ejaan Melindo (1959) dan ejaan Baru (1966). Setelah melalui masa-masa sulit perencanaan bahasa pada era Soekarno, masalah-masalah ini bisa dipecahkan sampai akhirnya Soeharto meresmikan EYD dalam seremoni Indonesia tahun 1972.Nah,berikut merupakan penjelasan tentang sejarah ejaan:
1.Ejaan Van Ophuijsen (Ch. A. Van Ophuijsen) 1901-1947
Merupakan tokoh penting pada bahasa Indonesia. Ejaan Ophuijsen lahir menurut niat pemerintah kolonial Belanda buat keberagaman variasi bahasa Melayu terdapat pada Nusantara ketika itu, sekaligus memudahkan kekuasaan pada wilayah kolonisasi. Faktor pemicu hadirnya ejaan Van Ophuijsen merupakan Bahasa Melayu yg sebagai cikal bakal BI ditulis memakai huruf jawi (Arab Melayu). Para sarjana Belanda menilai bahasa Melayu tidak cocok memakai huruf Arab karena penulisan huruf vokal misalnya e, i, o ditulis sama saja ketika ingin menuliskan istilah yg mempunyai vokal a dan u.Salah satu penyebabnya, dikarenakan adanya ancaman militansi umat islam bagi kolonial Belanda menciptakan Belanda merasa masih perlu mengurangi pengaruh Islam-Arab pada Nusantara. Kemudian, faktor lain penetapan ejaan baku ini diresmikan Belanda karena dalam waktu itu pemerintah kolonial sedang menjalankan politik etisnya pada Nusantara , yaitu sebuah kebijakan buat membuka peluang pendidikan bagi kaum ningrat Nusantara. apabila bahasa Melayu ini tidak distandartkan,proses pendidikan ini akan terhambat. karakteristik menurut ejaan ini yaitu:Huruf ï untuk membedakan antara huruf i menjadi akhiran dan karena itu wajib disuarakan tersendiri menggunakan diftong misalnya mulaï menggunakan ramai. Juga dipakai buat menulis huruf y misalnya pada Soerabaïa. Huruf j untuk menuliskan istilah-istilah jang, saja, wajang. Huruf oe untuk menuliskan istilah-istilah doeloe, akoe, Soekarni, repoeblik (perhatikan gambar prangko di atas). Tanda diakritis, misalnya koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan istilah-istilah ma’moer, jum’at, ta’(dieja tak), pa’, (dieja pak). Huruf tj yang dieja c ketika ejaan ini dihapuskan, misalnya Tjikini, tjara, pertjaya. Huruf ch yang dieja kh, misalnya chusus, achir, machloe’. Contoh ejaan van Ophuijsen yaitu misalnya berikut: “Saja selaloe minoem soesoe. Rasanja lezat dan menjehatkan. Ternyata, jauh sebelum menerbitkan Kitab Logat Bahasa Melayu, lelaki yang lahir tahun 1856 dan meninggal tahun 1917 ini telah menciptakan 2 buku bahasa lain: Kijkjes in Het Huiselijk Leven Volkdicht (Pengamatan Selintas Kehidupan Kekeluargaan Suku Batak) tahun 1879 dan Maleische Spraakkunst (Tata Bahasa Melayu) tahun 1910.Buku Tata Bahasa Melayu inilah yang akhirnya sebagai panduan pada berbahasa Melayu pada Indonesia sesudah diterjemahkan oleh T.W. Kamil dan diterbitkan oleh Balai Pustaka.
2. Ejaan Republik ( ejaan Soewandi 1947-1956)
Ejaan ini dianggap menjadi Ejaan Soewandi karena diresmikan tanggal 17 Maret 1947 sang Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan ketika itu, yaitu Raden Soeawandi, menggantikan ejaan Ophuijsen. Bisa dibilang, ejaan bahasa Indonesia yang pertama kali dipakai sesudah kemerdekaan merupakan ejaan Soewandi. Sebenarnya, nama resmi menurut ejaan tempo dulu yang satu ini merupakan ejaan Republik, tetapi lebih dikenal menggunakan ejaan Soewandi.Faktor Pemicu Hadirnya Ejaan Soewandi Menteri yang sebenarnya pakar aturan adalah notaris pertama bumiputera ini punya alasan mencanangkan ejaan ini. Faktor kebangsaan Indonesia yang telah merdeka dan ingin mengikis gambaran Belanda yang diwakili oleh ejaan Ophuijsen menciptakan pentingnya adanya perubahan ejaan pada bahasa kita. Apalagi, ketika itu Londo sedang sirik-siriknya melihat pencapaian kemerdekaan mantan negara jajahannya ini sampai datang lagi ke Indonesia memboncengi sekutu (tahun 1947). Semakin tidak baik impresi Belanda yang terwakilkan dalam ejaan Ophuijsen.
Berikut karakteristik ejaan Soewandi:
Huruf oe diganti menggunakan u dalam istilah dulu, aku, Sukarni, republik (perhatikan gambar prangko pada atas), dsb. Bunyi hamzah dan suara sentak ditulis menggunakan k, dalam istilah makmur, tidak, pak, atau hamzahnya dihilangkan sebagai kira-kira, apa elo masih menulis jum’at alih-alih jumat? Kata ulang boleh ditulis menggunakan nomor 2 misalnya dalam mobil2, ber-jalan2, ke-barat2-an. Jadi, terjawab deh kenapa hingga waktu ini kita masih tak jarang menuliskan nomor 2 menjadi perwakilan istilah ulang.
3. Ejaan Pembaharuan (1956-1961)
Ejaan ini bermula menurut polemik yang terjadi dalam Kongres Bahasa Indonesia ke-2 di Medan tahun 1954. Kongres ke 2 ini akhirnya diadakan sesudah pertama kali diadakan di Solo tahun 1938. Yamin selaku Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan dan pemrakarsa Kongres Bahasa Indonesia ke-dua mengungkapkan bahwa kongres ini adalah bentuk rasa prihatinnya akan syarat bahasa Indonesia waktu itu yang masih belum mapan. Medan pun dipilih karena pada kota itulah bahasa Indonesia digunakan dan terpelihara, baik pada rumah tangga ataupun pada masyarakat, setidaknya itu alasan Yamin. Di kongres ini, memang diusulkan banyak hal dan salah satunya merupakan perubahan ejaan. Usulan ini ditindaklanjuti oleh pemerintah saat itu menggunakan menciptakan panitia pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia.karakteristik Ejaan Pembaharuan Panitia ini diperlukan mampu menciptakan baku satu fonem menggunakan satu huruf (contohnya menyanyi: menjanji sebagai meñañi; atau mengalah: mengalah menjadi meɳalah). Penyederhanaan ini sesuai dengan iktikad supaya dibentuk ejaan yang praktis saat digunakan pada keseharian. Selain itu, berita tanda diakritis diputuskan agar kembali dipakai. Walhasil, k-e-ndaraan menggunakan é (misalnya elo mengeja k-e-lainan) yang tadinya ditulis sama menggunakan k-e-mah, akhirnya ditulis berbeda. Untuk istilah sjarat (syarat) dibedakan sebagai śarat. Kalau tidak hati-hati, mampu saja nyaru antara sarat (penuh/termuat) menggunakan syarat. Sedangkan huruf j yang dipakai dalam istilah jang (yang) malah telah disepakai ditulis sebagai yang (misalnya kita gunakan kini ). Kata mengapa pun akan dieja sebagai meɳapa. Untuk istilah-istilah berdiftong ai, au, dan oi misalnya sungai, kerbau, dan koboiakan dieja menggunakan sungay, kerbaw, dan koboy. Ejaan Pembaharuan ini dibentuk menggunakan maksud menyempurnakan Ejaan Soewandi dan juga dianggap menggunakan Ejaan Prijono-Katoppo. Meskipun salah satu putusan kongres menyatakan agar ejaan itu ditetapkan undang-undang, ejaan ini urung diresmikan. Kendati demikian, ejaan ini disinyalir sebagai pemantik awal diberlakukannya EYD tahun 1972.
4. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia) 1961-1967
Sejak Kongres bahasa tahun 1954 pada Medan dan dihadiri oleh delegasi Malaysia, maka mulailah terdapat harapan di antara 2 penutur Bahasa Melayu ini buat menyatukan ejaan. Keinginan ini semakin bertenaga semenjak Malaysia merdeka tahun 1957 dan kita pun menandatangani kesepakatan untuk menyampaikan ejaan bersama tahun 1959-nya. Sayangnya, karena situasi politik kita yangsedang memanas (Indonesia sedang condong ke poros Moskow-Peking-Pyongyang, sedangkan Malaysia yang Inggris banget), akhirnya ditangguhkan dulu pembahasannya. Hal lain yang menciptakan ejaan ini kurang seksi merupakan perubahan huruf-huruf yang dipercaya aneh. Misalnya, istilah “menyapu” akan ditulis “meɳapu”; “syair” ditulis “Ŝyair”; “ngopi” sebagai “ɳopi”; atau “koboi” ditulis “koboy”. Mungkin aneh karena belum biasa dan wajib beradaptasi lagi. Tapi, akhirnya, usulan yang tidak mungkin dilaksanakan ini menggunakan cepat ditinggalkan.
5. Ejaan Baru atau Ejaan LBK (1967-1972)
Sebelum adanya EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (kini bernama Pusat Bahasa), dalam tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan ini sebenarnya estafet menurut ikhtiar yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Melindo. Anggota pelaksananya pun terdiri dari panitia ejaan dari Malaysia. Pada intinya, hampir tidak terdapat perbedaan berarti di antara ejaan LBK dengan EYD, kecuali dalam rincian kaidah-kaidah saja.
6. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) 1972-2015
Karakteristik ejaan pembaharuan (EYD) Jadi, jibila umumnya Djajalah Indonesia!, maka sinkron EYD diubah sebagai Jayalah Indonesia!. Perubahan ejaan dj sebagai j pun tidak terhindarkan. Kalau pada teks proklamasi 1945 dulu masih tertulis “Djakarta, hari 17……”, maka diubah sebagai “Jakarta, hari 17…..”. Untuk sebagian orang tetap mengeja namanya jika mengandung ejaan dj. Misalnya, Djojobojo alih-alih Joyoboyo; Selain itu, ejaan nj juga diubah sebagai ny, sebagai akibatnya penulisan njonja sebagai nyonya; Hal ini jua berlaku untuk ejaan istilah ch dan beradaptasi sebagai kh. Kalau dulu achirnya, kini menjadi akhirnya.
7. Ejaan Bahasa Indonesia (2015-kini )
Pemerintah terus mengupayakan pembenahan terhadap Ejaan Bahasa Indonesia melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia. Pemerintah meyakini bahwa ejaan adalah galat satu aspek penting pada pemakaian Bahasa Indonesia yang benar. Ejaan Bahasa Indonesia ini diresmikan pada 2015 di masa pemerintahan Joko Widodo dan Anies Baswedan menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Pertanyaan
1.Apa manfaat mempelajari ejaan?
2.Motivasi anda mengetahui sejarah Ejaan ?
3.Apa manfaat mempelajari sejarah Ejaan?
4.Seberapa penting materi ini bagi anda sertakan alasannya?
Jawaban
1.Karena dengan memeriksa ejaan kita bisa memperbaiki pembakuan tata bahasa yang kita pakai sehari hari.
2.Motivasi saya mengetahui sejarah ejaan adalah karna saya ingin mengetahui lebih detail tentang ejaan bahasa itu berasal.
3.Karena dengan memeriksa ejaan ini kita bisa memperbaiki tatanan bahasa yang kita pakai sehari hari, Sekaligus kita bisa melestarikan dan membudidayakan bahasa yang kita pakai sehari hari selama masih ada dinegara Indonesia.
4.Menurut saya mempelajari ejaan bahasa ini relatif penting sebab,sistem ejaan dalam bahasa Indonesia untuk mempertegas atau menyamakan Bahasa yang dipakai. Dari sistem ejaan juga penting untuk
Referensi
https://www.suara.com/sejarah-ejaan-bahasa-indonesia-dan-perkembangannya
https://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/242/Charles-Adriaan-van-Ophuysen
Majalah Tempo, 5 Jul 2010. Joss Wibisono: Penyiar radio Nederland di Hilversum, Belanda
Instagram :@Windy_putri183
Email : windip366@gmail.com
baguussss
BalasHapusBagusss,materi yang diberikan sangat membantu
BalasHapusMateri yang dibuat sangat membantu orang dalam memahami perkembangan ejaan, yang sangat jarang diketahui banyak khalayak
BalasHapusnambah wawasan nichh calon bu guruu
BalasHapusBaguss kak
BalasHapusSetiap pemaparan materi dijelaskan dengan sangat rinci dan bagus
BalasHapusKeyeen gesss
BalasHapusLanjut terus novatif Nya 👍
BalasHapusBaguss banget Semangat 👍🏻
BalasHapussemangat
BalasHapusBagus sekali nih
BalasHapusMudah di pahami dan di mengerti
BalasHapusKeren, semangat ya
BalasHapusMantap,terus tingkatkan.
BalasHapusBagus nih, mantap
BalasHapusSangat bagus dan mudah dipahami
BalasHapusKereeeen
BalasHapusMantab
BalasHapusSemangat cantikk
BalasHapusTeruslah berkarya
BalasHapusMembantu materinya
BalasHapus